Postingan

Dampak Iklan Rokok terhadap Siswa di Pekanbaru

Dampak Iklan Rokok terhadap Siswa di Pekanbaru “Selagi Dijual Kami Tak Berhenti Merokok” Laporan AHMAD FITRI, Pekanbaru Hari itu, Jumat (15/8) siang sekitar pukul 11 WIB. Sebuah sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) swasta di Pekanbaru baru saja mengakhiri jam belajarnya. Puluhan siswa dengan busana muslim terlihat bergegas keluar dari sekolah untuk mencari oplet yang akan mengantarkan mereka ke rumah masing-masing. Seperti sekolah lainnya di Pekanbaru, pada hari Jumat setiap siswa diwajibkan memakai busana muslim yang mirip dengan busana khas Melayu.     Ketika keluar dari pekarangan sekolah, tidak semua siswa bergegas menunggu oplet. Sebagian mereka mampir dulu ke beberapa warung yang terletak di luar kompleks sekolah itu. Ada yang mampir ke sebuah pedagang kaki lima di tepi jalan di depan sekolah dan ada juga yang mampir ke warung di sebelah sekolah. Tujuan mereka hanya satu ketika itu, membeli sebatang rokok. ’’Aku minta A Mild,’’  kata seorang siswa memesan rokok kepa

Pengaduan dan Standar Pelayanan Publik

Belum lama ini penulis mendapatkan dua pernyataan menarik terkait pengaduan masyarakat atas penyelenggaraan pelayanan publik. Pertama, beberapa pelaksana penyelenggara pelayanan publik yang berkonsultasi ke kantor Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Riau menceritakan kerisauannya karena pelayanan yang mereka selenggarakan tidak pernah dikeluhkan oleh masyarakat pengguna layanan mereka. Menurut pelaksana pelayanan publik yang bertugas di satker pelayanan terpadu satu pintu tersebut, mereka sangat berharap publik bisa memberikan saran dan masukan atas kinerja mereka dalam memberikan pelayanan. Dengan harapan, pelayanan yang mereka berikan bisa semakin ditingkatkan lagi kualitasnya. Pernyataan kedua, ketika seorang direktur salah satu rumah sakit di Riau yang mengatakan jika institusinya akan berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada publik. Harapannya, dengan pelayanan yang prima yang diberikan maka tidak akan ada lagi masyarakat yang mengeluhkan ataupun

Bakat dan Lapangan Bola

        Malam baru saja beranjak gelap saat usai Maghrib pada pekan lalu. Tiba-tiba ponselku berdering dari nomor HP yang tidak dikenal. Walaupun nomor HP itu tak dikenal, namun aku tetap saja menjawab panggilan tersebut.     ‘’Assalamualaikum, ini dengan Ahmad Fitri?’’ kata suara lelaki di ujung HP tersebut. “Waalaikumsalam, iya betul. Ini dengan siapa ya?’’ jawabku dan balik bertanya. “Ini dengan Rizki di Tembilahan, masih ingat kan?” ujarnya lagi. Ketika disebutkan nama itu langsung saja aku teringat sahabat lama ketika remaja dan saat masih sekolah di kampung halaman, di Tembilahan. Ya, Rizki memang seorang teman akrab sejak aku duduk di bangku SMPN 1 Tembilahan di Jalan H Arif hingga SMAN 2 Tembilahan di Jalan Saptamarga. Walaupun usianya lebih tua beberapa tahun, namun kami tetap bisa bersahabat. Keakrabanku dengan Rizki juga tidak lepas dari rumah tempat tingggal kami yang jaraknya berdekatan.    Ada satu hobi yang makin membuat kami bisa berteman akrab, ya

Jalan Panjang Pembangunan Jalan Tol Pekanbaru-Dumai

-Jalan Panjang Pembangunan Jalan Tol Pekanbaru-Dumai Jalan Tol Jangan Lagi Sekadar Mimpi    Di Melaka tahun 2001 lampau. Rahim Haroen, seorang pengusaha biro perjalanan asal kota itu bercerita kepada Riau Pos tentang pengalaman pertamanya bersama keluarga ketika berkunjung ke Pekanbaru melalui kota Dumai. Dia menceritakan betapa terkejutnya melihat kondisi jalan raya yang menghubungkan kota Dumai dan Pekanbaru. Kondisi jalan yang penuh dengan kelokan dan tikungan membuatnya merasa was-was. Kondisi seperti ini diperparah lagi dengan padatnya kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi yang melewati jalan raya tersebut.    ‘’Istri saya sangat takut melewati jalan seperti itu. Dan dia berjanji t idak akan mau lagi ke Pekanbaru jika harus melewati jalan seperti itu. Kalaupun ingin ke Pekanbaru harus naik pesawat udara,’’ ujar Rahim menceritakan pengalaman pertamanya melintasi jalan raya yang menghubungkan kota Dumai dan Pekanbaru.    Jalur perjalanan darat Dumai-Pekanbaru memang piliha

Tentang Penulis

Jurnalisme selalu Ada      Menulis bukanlah dunia baru bagi Ahmad Fitri yang saat ini mengabdi di lembaga negara Ombudsman Republik Indonesia. Ketika melanjutkan studi di Fakultas Ekonomi Universitas Riau pada 1992 silam, Ahmad tidak hanya disibukkan dengan aktivitas perkuliahan saja, namun juga ikut beraktivitas di dunia jurnalistik dengan menjadi pegiat surat kabar kampus Bahana Mahasiswa. Aktivitas sebagai pegiat pers kampus ditekuninya mulai menjadi reporter hingga dipercaya sebagai Pemimpin Redaksi.    Dengan bekal pengalaman mengelola pers kampus, Ahmad kemudian terus mendalami dunia jurnalistik dengan menjadi wartawan di harian pagi Riau Pos mulai 1999 lampau. Tantangan pekerjaan di dunia jurnalistik sesungguhnya tentu semakin berat dibandingkan ketika mengelola pers kampus. Tantangan yang berat ini justru semakin memotivasinya untuk terus menghasilkan karya-karya jurnalistik berkualitas, mulai saat menjadi reporter hingga diberi tanggung jawab sebagai redaktur pelaksana ko