Bakat dan Lapangan Bola

        Malam baru saja beranjak gelap saat usai Maghrib pada pekan lalu. Tiba-tiba ponselku berdering dari nomor HP yang tidak dikenal. Walaupun nomor HP itu tak dikenal, namun aku tetap saja menjawab panggilan tersebut. 

   ‘’Assalamualaikum, ini dengan Ahmad Fitri?’’ kata suara lelaki di ujung HP tersebut. “Waalaikumsalam, iya betul. Ini dengan siapa ya?’’ jawabku dan balik bertanya. “Ini dengan Rizki di Tembilahan, masih ingat kan?” ujarnya lagi. Ketika disebutkan nama itu langsung saja aku teringat sahabat lama ketika remaja dan saat masih sekolah di kampung halaman, di Tembilahan. Ya, Rizki memang seorang teman akrab sejak aku duduk di bangku SMPN 1 Tembilahan di Jalan H Arif hingga SMAN 2 Tembilahan di Jalan Saptamarga. Walaupun usianya lebih tua beberapa tahun, namun kami tetap bisa bersahabat. Keakrabanku dengan Rizki juga tidak lepas dari rumah tempat tingggal kami yang jaraknya berdekatan.

   Ada satu hobi yang makin membuat kami bisa berteman akrab, yaitu sepakbola. Ya, kami memang sama-sama gemar bermain bola. Karena kesamaan hobi tersebut kami sering berolahraga bersama dengan kawan-kawan lainnya. Tak jarang juga kami lari pagi bersama mengitari alun-alun kota Tembilahan yang ketika itu lapangannya masih terbuka dan luas. Hobi kami lainnya adalah begadang bersama saudara-saudaranya di rumahnya untuk sekadar nonton siaran langsung sepakbola di waktu tengah malam. 

   Walaupun sama-sama menyukai sepakbola, namun tentu ada perbedaan di antara kami berdua. Beda yang paling dominan adalah kalau aku hanya sekadar hobi bermain bola, sedangkan Rizki memang betul-betul menjadi pemain bola yang memiliki skill hebat. Berkat keahlian mengolah si kulit bundar, dia selalu menjadi andalan sekolah ketika ada pertandingan sepakbola. Dan yang paling membanggakan lagi adalah Rizki sudah bisa membela kesebelasan kebanggaan warga Tembilahan, yaitu PST Tembilahan yang pada masa itu selalu menjuarai kompetisi perserikatan di Kabupaten Indragiri Hilir.

   Walaupun kami hanya berbicara lewat ponsel, namun perbincangan malam itu terasa hangat. Ini tentu saja dikarenakan aku sudah sangat lama tidak pernah bersua lagi dengannya, tepatnya sejak 1992 ketika harus meninggalkan kota Tembilahan untuk melanjutkan studi kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Riau. Sejak saat itu aku tidak tahu lagi keberadaan Rizki.

    Rizki pun selanjutnya dengan antusias menceritakan saudara-saudaranya yang lain. Dua orang adiknya, saat ini sudah bekerja dan menetap di Jakarta. Satu orang lagi adiknya, Anto yang sebaya denganku saat ini bekerja di biro perjalanan umrah dan menetap di Bangka. 

   Kisah perjalanan hidup Rizki di era tahun 1985-an mengingatkan kembali betapa banyaknya sahabat-sahabat di sekitar kita yang bisa mengembangkan bakatnya secara alami di tengah keterbatasan sarana dan prasarana yang ada di lingkungannya. Pria seperti Rizki termasuk sosok yang bisa memanfaatkan keterbatasan itu.

    Pada masa itu kesebelasan PST Tembilahan sangat disegani di Kabupaten Indragiri Hilir. Sebagian besar tim Persih (Persatuan Sepakbola Indragiri Hilir) ketika itu dihuni oleh pemain-pemain dari PST Tembilahan. Padahal pemain-pemain yang memperkuat tim ini semuanya berasal dari bakat alami yang lahir dari sudut-sudut lapangan hijau yang sangat terbatas keberadaannya di kota Tembilahan. Dan Rizki, termasuk salah pemain bola yang mampu berjuang mengembangkan bakatnya di tengah keterbatasan lapangan sepakbola ketika itu.

   Kini, masyarakat Inhil juga punya tim kebanggaan, yaitu Persih yang yang bermarkas di stadion Beringin Tembilahan dan pernah merasakan persaingan di Divisi Utama PSSI. Tentu saja pemain yang bermain di tim ini berbeda dengan Persih masa lalu. Kesebelasan Persih yang tampil di Divisi Utama berasal dari pemain profesional yang mendapat bayaran yang mahal karena mereka memang berasal dari pemain yang sudah terlatih dan juga datang dari berbagai daerah di Tanah Air dan bahkan dari luar negeri.

   Bakat-bakat pesepakbola hebat sepertinya tak pernah habis di Inhil. Ini bisa dibuktikan ketika di even Porprov Riau di Indragiri Hulu beberapa tahun lalu tim sepakbola Inhil mampu menjadi juara dan meraih medali emas. Menurut salah seorang pecinta sepakbola di Tembilahan, sebagian besar pemain yang membela Inhil di Porprov ketika itu merupakan putra daerah Inhi. Kehebatan sepakbola Inhil tentu akan terus terjaga jika pemerintah daerah setempat mampu membina bakat-bakat pesepakbola muda di daerah tersebut. Bakat-bakat muda ini tentunya akan semakin mampu berprestasi jika didukung dengan tersediannya lapangan sepakbola yang memadai di berbagai pelosok daerah ini.***
Pekanbaru, 16 Maret 2016


  

Komentar